Rabu, 06 Maret 2013

Ustad Zaitun: Ulama Tidak Boleh Menyembunyikan Ilmu

Ulama tidak boleh menyembunyikan ilmu. Apalagi jika ilmu tersebut berkaitan dengan suatu paham yang merusak  aqidah ummat, seperti syi’ah. Maka ulama harus memberikan penjelasan. Demikian dikatakan ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah (DPP WI) Ustad Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA, dalam acara talk show Implementasi Ulama Sebagai Waratsataul Anbiya dalam Ketatanegaraan Indonesia, di Islamic Bokk Fair (IBF) Istana Olah raga Senayan Jakarta, ahad 3 Maret 2013.

Wakil ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) tersebut mengutip sebuah hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang menyatakan bahwa, “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu menyembunyikannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka.” (HR Abu Daud). Oleh karena itu ulama sejati tidak menyembunyikan ilmu yang dibuthkan oleh ummat. Mereka tidak menunda penjelasan pada saat ummat sedang membutuhkan penjelasan ulama tentang agama mereka. Salah satu contohnya adalah tentang kesatan syi’ah. Ulama harus tegas memberi jawaban kepada ummat. Sebab saat ini ummat sedang menunggu sikap dan penjelasan para ulama.

Sebelumnya ustad Zaitun menjelasakan bahwa yang dimaksud dengan ulama dalam pengertian istilah (terminologi Islam) orang menguasai ulum syar’iyyah (ilmu-ilmu keislaman). Adapun orang-orang yang hanya menguasai ilmu dunia tanpa mengetahui ilmu agama tidak bisa disebut ulama secara istilah. Meski secara bahasa bisa saja disebut ulama, “ujarnya.

Adapun kriteria yang harus dimiliki oleh seorang ulama adalah mendalam ilmunya (ar-rasikhuna fil ‘ilm- (QS: Ali Imran ayat: 7) dan memiliki rasa takut yang sangat tinggi kepada Allah subhanahu wa Ta’ala (QS: Fathir ayat: 28). “Sekali lagi, ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i. Justru yang disayangkan adalah, sebagian orang yang hari ini disebut ulama ahli dan mendalam ilmunya dalam segala hal, kecuali ilmu syar’i”, tegasnya.

Ustad Zaitun juga memandang perlunya peran ulama dalam  tata kelola negara  Sebab, “dalam  tradisi Islam tidak ada dikotomi antara Ulama dan khulafa (penguasa). karena Rasulullah shallallahu ‘laihi wasallam adalah ulama dan juga umara. Demikian pula dengan para khalifah sepeninggal beliau (khulafurrasyidin) adalah ulama. Selanjutnya pada masa-masa setelahnya, yang menjadi penguasa adalah para khalifah yang berkualifikasi ulama, seperti Umar bin Abdul Aziz, Harun al-Rasydid, Muhammad al-Fatih, dan sebagainya”.

Selain di talk show dan silaturrahim Ulama Ustad Zaitun juga direncanakan akan menjadi pembicara di Ruang Anggrek IBF 2013 dengan tema, “Potret Keluarga Teladan dalam Al-Qur’an”. Acara yang diadakan oleh Arrahman Pre Wedding Academy (APWA) dijadwalkan pada hari ahad 10 Maret 2013, pukul: 19.00-21.00 di ruang Anggrek Istora Senayan Lt.2 Islamic Book Fair (IBF). (Sym).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar