Sabtu, 20 Agustus 2011

Waktu Seorang Muslim Pada Bulan Ramadhan


Waktu seorang Muslim umumnya sangat berharga, dan pada bulan Ramadhan lebih berharga dan lebih mahal. Oleh sebab itu, wajib mengingatkan beberapa hal terkait dalam memanfaatkan waktu di bulan ini.

Pertama: Sebuah kesalahan ketika oleh sebagian orang begadang sepanjang malam pada bulan Ramadhan. Seseorang hendaknya membagi waktu malamnya untuk tidur, karena tidur malam tidak sama dengan tidur siang. Sebab satu atau dua jam yang dipakai untuk tidur oleh seseorang di waktu malam tidak akan tergantikan oleh istirahat di waktu yang lain.

Kedua: Seorang Muslim selayaknya mengisi waktunya pada bulan Ramadhan dengan membaca al-Quran. Entah membaca melalui mushaf atau dari hafalan. Membaca di masjid, rumah, mobil dan tempat lain yang memungkinkan. Hendaknya ia bersungguh-sungguh menamatkan bacaan al-Quran setiap tiga hari, atau setiap pekan, atau paling minimal menamatkan satu kali selama bulan Ramadhan ini, meskipun hal ini termasuk kelalaian yang jelas.

Ketiga: Pentingnya meninggalkan permainan (perkara) sia-sia. Sebab sebagian pemuda berkumpul selepas shalat tarwih –kalau mereka shalat- untuk begadang. Mereka berbagi cerita,bahkan majelis tersebut didominasi oleh senda gurau, canda tawa, bahkan mereka terjerumus ke dalam ghibah dan namimah, perkataan dusta dan semacamnya. Semua ini tidak pantas bagi seorang Muslim pada seluruh waktunya apalagi pada bulan ini. Sungguh kerugian besar bila seorang hamba berbuat baik, kemudian ia rusak sendiri dengan kemaksiatan dan dosa.

Keempat: Sebagian pemuda menganggap bulan Ramadhan sebagai kesemptan bermain dan bersenda gurau. Anda saksikan sebagian mereka setelah shalat Isya atau tarwih pergi bermain bola. Mereka menghabiskan seluruh malamnya dengan bermain sepanjang malam sampai waktu sahur. Mungkin sebagian mereka bergembira dengan kedatangan Ramadhan karena kesempatan tersebut.

Saya tidak bermaksud melarang berolahraga, asal dilakukan sesuai kadar (porsi) yang masuk akal. Tetapi aku tidak ragu untuk mengatakan bahwa menghabiskan seluruh malam untuk permainan merupakan kelalaian dan menyia-nyiakan waktu. Tidurnya seseorang pada pada malam hari jauh lebih baik dari keadaan para pemuda yang menghabiskan atau melawati malamnya dengan perkara yang tidak bermanfaat, entah dengan main bola, nonton TV yang menayangkan wanita, musik ,dan sinetron yang merusak. Dimana tidak sepantasnya bagi orang yang menghargai waktunya untuk menghabiskan waktunya dalam perkara tersebut, sehingga ia rugi karena tidak mendapat pahala dan justru berdosa.

Kelima: Sebagian pemuda menghabiskan waktu siangnya untuk tidur.Hal ini disebabkan oleh buruknya manajemen waktu harian mereka dan kelalaian mereka untuk menambah kebaikan pada musim yang mulia ini.
Mereka begadang sepanjang malam kemudian usai shalat subuh mereka pergi balapan liar dengan berkumpul di pinggir jalan-jalan. Andaikan mereka duduk di masjid setelah shalat subuh sampai matahari terbit setinggi tombak, kemudian shalat dua rakaat sehingga dia memperoleh pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, dan sempurna. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Saya ulangi, mereka pergi balapan, tertawa dan bersenda gurau, kemudian saat matahari telah meninggi mereka pergi tidur sampai datang waktu bekerja atau belajar mereka beranjak dengan perasaan berat.Setelah selesai jam belajar dan berkantor ia langsung lemparkan badannya ke kasur sampai terbenam matahari.
Ini adalah masalah yang krusial. Kaum Muslimin wajib memeprhatikan hal ini.Jika seseorang butuh untuk menghabiskan sebagian hari di siang hari bulan Ramadhan pada tempat kerja atau sekolah, maka ia harus mengkhususkan sebagian waktu malamnya untuk tidur, agar dapat menghadiri shalat berjama’ah, lalu siangnya untuk membaca al-Quran dan taqarrub lainnya.
Dan sangat disayangkan, sebagian pegawai ketiduran pada jam kantor, juga para pelajar tidur pada jam belajar. Apakah seorang pegawai digaji hanya untuk tidur di kantor? Ataukah untuk melayani kepentingan publik dan kemaslahatan kaum Muslimin?

Tak dapat dipungkiri bahwa ia digaji untuk menunaikan tugas yang dibebankan kepadanya,maka ia tidak boleh tidur pada jam kerja. Meskipun kebanyakan pegawai –alhamdulillah- tetap merasakan tanggungjawab dan kewajibannya serta bermuamalah (interaksi) dengan baik bersama kaum Muslimin pada setiap waktu khususnya di bulan Ramadhan. Tetapi hal ini tidak menghalangi kita untuk mengingatkan kesalahan yang dilakukan oleh segelintir orang. Dan Allah menunjuki yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.(sym)
(Disalin dari Kitab Duruus Ramadhan,Waqafaat Lish Shaaimiin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar